Rabu, 06 Mei 2009

Klep Cacing

Sehabis mengantarkan biji semangka pada seorang petani Desa Mungguraya, di kaki pegunungan Meratus, ban belakang sepeda saya mendadak kempes. Ternyata katup pentil penahan tekanan angin melepuh. Pompa memang menempel di palang sepeda. Tetapi agar bisa dipompa, klep karetnya perlu diganti.
Namun, di mana ada bengkel di sekitar situ? Akhirnya, saya melihat sebuah rumah yang ada sepedanya. Mudah-mudahan saya bisa mendapat klep pengganti di sini, pikir saya.
Sialnya harapan saya tidak terpenuhi. Pemilik menawarkan klep darurat. Dulu, ia sering memakainya dengan hasil memuaskan, katanya. Begitu melihat klep yang ditawarkannya itu, saya terperangah campur geli. Bayangkan saja, ia menyodorkan potongan tubuh seekor cacing tanah (Lumbricus terrestris) yang diambilnya dari pinggiran selokan!
“Asal kulit cacing tidak kering, insya Allah klep tetap kuat menahan angin,” katanya begitu selesai memasangkan. Apa boleh buat, dengan deg-degan, sepeda saya kayuh menempuh perjalanan pulang ke Kandangan sepanjang 11 km. Alhamdulillah saya selamat berkat … sang cacing.

Seperti diceritakan Bachrunnada H, Intisari Januari 1990

Tidak ada komentar:

Posting Komentar